Senin, 02 Juni 2008

Mengembalikan Fungsi Polri Sebagai Polisi Masyarakat

oleh: KH.Shohibul Faroji Al-Robbani/ HP.081317468731

Polri dituntut untuk semakin profesional dan betul-betul menjadi pengayom masyarakat. Di satu sisi, masyarakat memang membutuhkan rasa aman dan damai, tetapi di sisi lain, Polri sebagai aparat penegak hukum yang menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat juga dihadapkan pada sejumlah keterbatasan. Mampukah Polri mewujudkan harapan masyarakat? .
Hal ini sejalan dengan harapan masyarakat agar Polri tidak saja menjadi aparat penegak hukum tetapi menjadi pengayom dan pelindung mayarakat.
Tantangan yang dihadapi pun kian beragam baik kejahatan konvensional maupun transnasional, yang membutuhkan penanganan lebih serius, komprehensif, dan profesional. Kendati di sisi lain, Polri masih dihadapkan pada berbagai keterbatasan personil, peralatan, dan fasilitas pendukung.
Di Tengah keterbatasan tersebut, patut diacungi jempol, Polri mampu membuktikan diri sebagai pengayom masyarakat dengan membongkar sejumlah rencana pengemboman dan menangkap gembong teroris, Abu Dujana, yang selama ini diyakini memiliki peran sangat vital dalam jaringan terorisi di Indonesia.
Kedua jenis kejahatan transnasional terorganisir tersebut masih merongrong ketentraman masyarakat. Kendati demukian, penuntasan kedua kejahatan tersebut tak bisa dilakukan dalam tempo singkat. Masalahnya, penanganan terorisme sampai saat ini masih terjadi pro kontra. Sedangkan, pemberantasan jaringan narkoba hingga ke akar-akarnya pun tak mudah dilakukan karena jaringannya sangat kuat dan disinyalir melibatkan banyak pihak sebagai beking. Karena itu, masalah ini tak hanya menjadi PR bagi Kapolri Jenderal Sutanto tetapi juga otomatis menjadi PR bagi pimpinan Polri mendatang. Apalagi, penanganan kedua masalah tersebut masih saja dihadapkan pada pro kontra di masyarakat, terutama penanganan terorisme. Ironisnya, masih ada pihak yang mengklaim apa yang dilakukan tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri melanggar HAM.
Sekalipun demikian, ia mengatakan, terorisme tetap menjadi target utama Polri. Begitu pula beberapa kejahatan transnasional seperti peredaran narkoba, illegal logging, illegal mining, perdagangan manusia, dan korupsi. Semua ini menjadi tantangan tersendiri bagi Polri untuk dapat menuntaskannya, mengingatkan kasus tersebut tidak saja berdampak pada keresahan masyarakat, tetapi juga jika tak tuntas ditangani akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Peningkatan SDM
Sejalan dengan tuntutan masyarakat, Polri juga terus berupaya meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Dalam kaitan ini, Polri pada tahun akademik 2007 ini mulai menerima calon perwira lulusan sarjana. Selain itu, Polri juga terus menjalin kerja sama dengan kepolisian negara lain untuk meningkatkan pengetahuan anggota Polri.
Mengenai hal ini, Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri, Komjen Pol Bambang Hendarso Danuri mengatakan, Polri telah menjalin kerja sama dengan beberapa kepolisian negara lain untuk meningkatkan pengetahuan anggotanya di bidang reserse termasuk penanganan terorisme.
Sedangkan, Kepala Sekolah Calon Perwira (Ka Secapa) Polri, Brigjen Pol Ibrahim mengatakan, tuntutan masyarakat agar Polri lebih profesional telah mendorong pihaknya untuk semakin meningkatkan mutu pendidikan di Secapa Polri. Sebagai lembaga pendidik ujung tombak pimpinan Polri di lapangan (tingkat pimpinan Polsek), Secapa terus membenahi sistem pendidikannya agar mampu memenuhi harapan masyarakat.
Karena itu, berbagai prestasi yang diraih Polri jangan membuat mereka lengah tetapi Polri harus terus mawas diri sebab, di masa mendatang tantangan yang harus dihadapi jauh lebih berat.
Hal ini juga diingatkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam sambutannya, presiden mengatakan, sesuai tema HUT ke-61 Bhayangkara, maka polisi harus bisa mewujudkan harapan sebagai pelindung, pengayom, dan pelayan sekaligus milik masyarakat.
Presiden mengatakan, sejak Polri berdiri, banyak tugas yang telah diemban dan tak sedikit anggota Polri yang gugur dalam menjalankan tugas. "Untuk itu kita wajib memberikan penghormatan terdalam bagi para pendahulu kita. Perjalanan panjang Polri dalam pengabdiannya kepada bangsa dan negara, sangatlah berarti. Mengingat Polri berperan penting dalam menciptakan rasa aman, tenteram, dan damai bagi masyarakat," kata presiden dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kapolri Jenderal Pol Sutanto pada acara HUT ke-61 Bhayangkara di Mapolsek Banjar Baru, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Presiden mengatakan, pengabdian polisi bisa dilihat dalam keseharian mereka. Betapa mereka harus terus menjalankan tugas di tengah teriknya matahari atau hujan deras. Bahkan, mereka harus rela meninggalkan keluarga demi menciptakan rasa aman bagi masyarakat. Tak jarang pula, mereka harus bertaruh nyawa melawan pelaku kejatan. "Semua ini sering kali luput dari perhatian kita semua," tuturnya.
Di sisi lain, presiden mengingatkan, menyikapi perubahan dalam masyarakat, Polri juga dituntut untuk melakukan reformasi internal, dengan membenahi berbagai aspek. Dalam kaitan ini, Presiden Yudhoyono mendukung rencana peningkatan kualitas sumber daya personil Polri untuk dapat memenuhi perbandingan dengan jumlah penduduk di Tanah Air yang mendekati angka 1:500. Presiden juga menyambut baik peningkatan kualitas anggota Polri melalui penyelenggaraan pendidikan termasuk pelatihan tugas spesifikasi keahlian di lapangan.
Dikatakan, munculnya berbagai tindak kejahatan beragam seperti kejahatan konvensional juga kriminal transnasional, kejahatan terhadap kekayaan negara dan kejahatan dunia maya (cyber crime), kejahatan modus operandi yang memiliki jaringan global maka Polri dituntut untuk bisa menjawab tantangan itu melalui peningkatan profesionalisme Polri.
Presiden mengakui, kinerja Polri terus meningkat dari tahun ke tahun. Mulai penanggulangan gangguan keamanan, ketertiban dan aksi kriminalitas, bahkan mampu menindak pelaku teror, termasuk mencegah terjadinya teror dengan sasaran memberantas tokoh di balik aksi tersebut.
"Hal ini sangat membanggakan kita semua dan dunia internasional. Keberhasilan kita mendapat apresiasi tinggi dan dapat mengembalikan citra sebagai negara aman," papar presiden.
Kendati demikian, presiden meminta agar Polri tidak cepat berpuas diri tetapi harus tetap mawas diri mengingat kejahatan dimensi baru dan modus operandi serta aksi kejahatan lainnya dipastikan akan terus berkembang sejalan dengan perubahan sosial dan perkembangan teknologi modern. Untuk mendukung tugas Polri, kata dia, pemerintah terus berupaya meningkatkan sarana dan prasarana kepolisian. Presiden juga meminta Polri terus meningkatkan kemitraan dengan masyarakat melalui pembentukan forum kemitraan polisi dan masyarakat.
Semua ini menjadi tantangan tersendiri bagi Polri. Apalagi di era reformasi ini Polri dituntut untuk mampu menciptakan kondisi yang aman dan damai. Namun, di era reformasi ini pula, Polri harus mampu membuktikan diri sebagai polisi masyarakat yang dicintai, dimiliki dan menjadi kebanggaan masyarakat itu sendiri.

Tidak ada komentar: